Kamis, 07 Februari 2013

Aspek Tata Bahasa Peristilahan

melanjutkan pembahasan mengenai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Pada kesempatan kali ini akan kami bahas mengenai Aspek Tata Bahasa Peristilahan. Langsung saja kita mulai.

.

ASPEK TATA BAHASA PERISTILAHAN
1.    Penggunaan Kata Dasar

Misalnya : buku, pensil, gula, sudut, garam

Catatan   : Untuk istilah yang bukan kata jadian diprioritaskan terhadap istilah yang berupa kata jadian.

Misalnya  : gulma diprioritaskan terhadap tumbuhan pengganggu, dan

                  hama diprioritaskan terhadap binatang pengganggu.

2.    Proses Pengimbuhan

Misalnya : penghasilan, penghapusan, pembinaan, pemeriksaan, berlarian, memudahkan, terpesona, melaksanakan

3.    Proses Reduplikasi

Misalnya : jari-jari, kacang-kacangan, mata-mata, hati-hati, tetua, makan-makan, cepat-cepat, lari-lari.

4.    Proses Penggabungan
Untuk istilah yang berupa gabungan kata sedapat-dapatnya berbentuk singkat mengikuti contohnya kerja sama, meja tulis, pesawat terbang, kursi tamu, dan tidak menimbulkan arti menyimpang.

Misalnya : tampak samping, buta aksara, tua bangka, direktur utama, tampak depan, angkatan bersenjata, buta warna, cepat perjalanan, gelombang diam, jembatan layang, kuda layang, penuh sesak, pintu gerbang.

Gabungan kata yang mewujudkan istilah dapat ditulis menurut tiga cara yang seperti dibawah ini sesuai dengan aturan ejaan yang berlaku.

a.    Kumpulan yang terpisah

Misalnya : mata juling, perwira tinggi, model linear, ilmu kimia, ilmu bumi.

b.    Kumpulan yang menggunakan tanda hubung jika dirasa perlu untuk menegaskan pengertian di antara dua unsurnya.

Misalnya : dua-sendi, buku-ilmu bumi, watt-jam, mesin-kapal api, mesin-hitung tangan.

c.    Kumpulan yang dirangkaikan jadi satu apabila gabungan tersebut dianggap sudah bersenyawa.

Misalnya : walikota, mahaputera, maharaja, sepakbola, balatentara, tegaklurus, segitiga, bujursangkar, mahapatih

.

5.    Proses Peleburan Fonem Yang Sama

Misalnya : serbaneka    (serba aneka)

                 koperasi        (ko-operasi)

6.    Proses Analogi Bentuk
Untuk membuat istilah baru dapat dilakukan dengan jalan menggunakan asas analogi.

Pola seperti prasangka dapat dipakai untuk menggubah bentuk prakarya, praduga, prarasa, prasaran, prasangka.

Pola seperti monoteisme dapat dijadikan dasar bagi bentuk marhaenisme, sukuisme, humanisme.

Sedangkan pola seperti swadesi dapat dijadikan dasar bagi bentuk swasembada, swadaya, swakarya, swakarsa.

.

Terima kasih… Semoga bermanfaat… :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar